Kamis, 28 Oktober 2021

ANALISIS CERPEN KUPU-KUPU DI PUSARA IBU KARYA FANNY J POYK

29 OKTOBER 2021


Nurzannah Nauli Hasibuan

181214083

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah 




kupu-kupu di pusara ibu

Cerpen Fanny J Poyk (Kompas,27 September 2020)


Hari ini, kulihat kupu-kupu itu telah berubah warna. Ada warna merah jambu berbalut biru muda dengan garis keemasan di tepi tiap sayapnya. Aku tersentak, itu warna kesukaan ibuku.Ketika berkunjung ke makam ibu, ada seekor kupu-kupu bertengger tepat di atas pusaranya. Warna kupu-kupu itu kuning bercampur ungu dengan garis-garis hitam kebiruan di setiap pinggirannya. Ukuran kupu-kupu itu hampir setelapak tanganku, ia terlihat sangat cantik, diam di tempat dan tidak terusik dengan kedatanganku. Melihat kehadiran kupu-kupu yang menawan itu, tiba-tiba aku teringat akan ucapan ibuku setahun sebelum ia meninggal. Katanya, “Jika kau menemui kupu-kupu di pusara Ibu, jangan kau usir. Biarkan dia bertengger di sana sebab itu aku.”

Sesungguhnya ketika aku mendengar ucapan ibu, aku hanya menganggapnya sebagai perkataan orang tua yang terbang melayang ke mana-mana, kata-katanya seperti khayalan manusia usia lanjut yang tengah merasakan ketidaknyamanan di tubuh rentanya. Kala itu ibu sedang menderita rasa sakit karena penyakit diabetes. Ucapan tentang kupu-kupu dikatakannya hampir setiap Minggu.“Ingat ya Nak, biarkan kupu-kupu berterbangan di makam Ibu nanti. Itu Ibu, Ibu sedang menunggu kalian datang menengok Ibu. Jangan kalian usir.” Katanya dengan suara parau.Beberapa bulan kemudian Ibu tiada. Ia tak sanggup lagi berperang melawan penyakit diabetes yang sudah merambat ke ginjal hingga jantungnya. Seminggu sekali ibu cuci darah. Kembali sebelum ia menutup mata, ibu berpesan, “Jika kau rindu, Ibu akan menjadi kupu-kupu dan menunggu kalian di pusara Ibu.”Setahun setelah itu, aku dan dua saudaraku telah melupakan pesan ibu. Satu adik dan satu kakakku telah kembali ke kota tempat mereka tinggal. Adikku yang perempuan bahkan dibawa suaminya ke Camarillo, California, Amerika Serikat. Suaminya memang asli dari sana. Sedang kakak perempuanku tinggal di sebuah kota di Jawa Tengah bersama suami dan dua anak mereka. Tinggal aku si tengah yang kebetulan satu-satunya anak laki-laki ibu dan ayahku yang menempati rumah peninggalan mereka.

Di usiaku yang ke 30 tahun, aku memilih untuk tidak menikah. Pekerjaanku di sebuah jasa tabungan uang virtual yang mengharuskan aku menatap komputer sejak pukul sembilan pagi hingga dua belas malam, membuat aku kehilangan ruang untuk bersosialisasi.Teman-temanku menjauh satu-persatu, mereka menduga aku telah direnggut oleh cengkeraman kapitalis hingga ke titik yang paling dasar, mereka beranggapan aku seperti zombie yang berjalan sesuai kendali tanpa bisa mereguk kebebasan pribadi sebagai manusia yang merdeka.  Aku mengakui hal itu sekaligus menyadari bahwa diriku telah menjadi manusia paling tak berdaya yang kalah oleh situasi, terlebih lagi di masa pandemi Covid-19 yang sekarang kian ganas menerjang kekebalan tubuh manusia.

Andai ibuku tidak datang di mimpiku dengan pesannya yang masih sama tentang kupu-kupu yang bertengger di batu nisannya, mungkin aku tetap bergelut dengan pekerjaan yang kata temanku benar; memperkaya sang kapitalis bersama tujuh turunannya.Mimpi tentang ibu dan kupu-kupu semalam, aku bagai melihat kemarahan ibu ketika aku tidak membuat PR yang diberikan guruku saat SD. “Datanglah, Nak. Masak sejak Ibu dikubur, kau tidak pernah melihat Ibu. Kau, adikmu dan kakakmu bagai melempar batu ke dalam tanah, lalu menguruknya dan melupakan kisah tentang Ibu. Kau tengok juga makam Ayahmu. Kau jangan seperti manusia tak berbudaya yang banyak terdapat di era milenial ini, menganggap setelah kami tiada, tamat sudah cerita tentang kami. Jika kau melihat kupu-kupu di batu nisanku, itu Ibu. Aku selalu menunggumu di sana dengan warna sayap yang berubah-ubah.”

Dan aku terbangun dari tidurku. Peluh membasahi sekujur tubuhku. Ibu yang datang dalam mimpiku, bagai menyengat dan mengingatkan seluruh kenangan tentangnya. Setelah sepuluh tahun ayah meninggal, ibu tetap sendiri, ia tidak mau menikah lagi. Ayah yang pergi meninggalkan tiga anak, tanpa pensiun juga tabungan itu, menyerahkan tanggungjawabnya pada perempuan yang kala itu memasuki usia empat puluh tahun, ibuku.Kisah perjuangan ibu untuk menyekolahkan dan memberikan makan kami, barangkali sama heroiknya dengan kisah para ibu yang ditinggalkan suami tanpa bekal apapun. Ibu selalu bilang kalau ia beruntung ditinggalkan sebuah rumah sederhana seluas 100 meter persegi yang lokasinya di tengah keramaian kota.

“Dari berdagang kue-kue dan makanan inilah, akhirnya kalian bisa tamat kuliah dan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan kalian.” Katanya selalu dengan gurat wajah lelah.Kala itu, diabetes keparat mulai meminang dan menggerogoti tubuh ibu, lalu perempuan yang mulai memasuki usia setengah abad itu, menyimpan rasa sakitnya sendirian. Dia tidak mau kami bersedih dan panik apabila melihat dia berjalan sempoyongan dan lelah karena gula darahnya sedang tinggi atau turun.“Ibu lelah, Ibu istirahat sejenak, jika ada pembeli, tolong kau layani dulu. Nak, kau tahu kan harga-harganya, semua catatan harga ada di bawah etalase tempat kue-kue itu diletakkan.” Katanya.

Dunia bermain dan ego seorang anak yang membuncah penuh rasa kesal tatkala ibu meminta bantuan kami untuk mencuci perabotan usai ia membuat kue-kue dagangannya, membuat ibu tidak mau lagi memaksakan kehendaknya dengan menyuruh kami untuk sekadar melayani pembeli. Semua dikerjakannya sendiri tanpa keluh juga kernyit di dahi.Tak pernah terpikirkan olehku, kakak dan adikku bahwa hasil dari semua dagangannya itu untuk makan kami juga membiayai pendidikan kami. Kami melenggang dengan tuntutan yang kian bertambah hari lepas hari.Aku sempat marah ketika seorang rentenir berdalih bank keliling datang menagih utang pada ibu. Suara si rentenir yang menggelegar di siang hari yang panas itu, membuatku geram, bukan pada si rentenir, akan tetapi pada ibuku yang duduk diam tak berdaya tatkala si rentenir memakinya sebagai manula tukang berutang yang tidak tahu diri. Ibu hanya diam dengan air mata berlinang di pipi yang dengan cepat dihapusnya. Ia juga tak bersuara tatkala aku ikut memarahinya sembari berkata, “Kan Ibu sudah jualan, ngapain juga ngutang di bank keliling!”

Isak ibuku kudengar di malam hari ketika rasa linu di persendian kakinya menjalar hingga ke pinggang. Aku tetap diam, menganggapnya itu hanya penyakit tua biasa. Tatkala ia memberikan amplop putih untuk membayar uang semesteran kuliahku, lama baru kutahu kalau uang itu dipinjam ibu dari rentenir bank keliling. Ia membayar cicilannya dengan susah payah dan air mata yang selalu dihapusnya diam-diam ketika makian si rentenir memborbardir perasaannya. Aku baru tahu ketika ibu tiada dan sang rentenir menuturkan semua kisah tentangnya.“Ibumu orang yang baik. Dia mempertaruhkan harga dirinya untuk membayar semua utangnya padaku. Uang itu bukan ia gunakan untuk kesenangan pribadinya, tapi untuk membayar uang semesteran kuliahmu.” Kata si rentenir bank keliling di pemakaman ibu kala ia meninggalkan dunia yang fana ini.

Aku menangis dan menyesali semua yang pernah kulakukan padanya. Tapi terlambat, ibu sudah tiada.Hari ini, kulihat kupu-kupu itu telah berubah warna. Ada warna merah jambu berbalut biru muda dengan garis keemasan di tepi tiap sayapnya. Aku tersentak, itu warna kesukaan ibuku. Betapa aku ini anak yang tak tahu diri, bahkan warna kesayangan ibuku pun aku tak tahu jika si kupu-kupu tidak memperlihatkannya.Ketika aku duduk di sisi makam sembari mencabut rumput-rumput liar yang mulai tumbuh di sana, kupu-kupu itu hinggap di bahuku. Cukup lama dia berada di sana. Sebelum aku meninggalkan makam ibu, kupu-kupu itu terbang mengelilingiku tiga kali. Saat aku beranjak, kukatakan padanya, “Ibu, aku akan sering-sering menengokmu, berbahagialah kau di tempatmu yang baru.”Kemudian kupu-kupu itu lenyap, aku yakin itu ibuku. ***

 

Fanny J Poyk lahir di Bima, 18 November. Dia pernah menjadi jurnalis dan memberi pelatihan kepenulisan di seluruh Indonesia juga luar negeri. Aktif menulis cerpen, puisi, dan novelet sejak tahun 1980-an. Menulis novel, antologi puisi dan buku motivasi. Cerpen-cerpen dan noveletnya dimuat di berbagai media nasional.Emmy Go lahir akhir November 1973. Dia pernah mengikuti berbagai workshop seni di beberapa negara, seperti Amerika, Australia, dan China. Sejak 2001, setidaknya dia pernah 34 kali ikut pameran di Indonesia dan 16 kali pameran di luar negeri. 


 ANALISIS CERPEN KUPU-KUPU DI PUSARA IBU

KARYA FANNY J POYK

Seperti yang diketahui, cerpen merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang mengisahkan tentang sebuah cerita fiksi lalu dikemas secara pendek, jelas dan ringkas. Cerpen biasanya hanya mengisahkan cerita pendek tentang permasalahan yang dialami satu tokoh saja.Cerpen juga bisa disebut sebagai fiksi prosa karena cerita yang disuguhkan hanya berfokus pada satu konflik permasalahan yang dialami oleh tokoh mulai dari pengenalah karakter hingga penyelesaian permasalahan yang dialami oleh tokoh. Cerpen juga terdiri tidak lebih dari 10.000 kata saja.Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Saat membaca cerpen biasanya sangat cepat selesai. Selain itu isi pada cerpen juga sangat mudah dipahami karena ceritanya yang relatif pendek. Oleh karena itu banyak orang yang suka dengan cerita yang singkat dan tidak rumit seperti pada cerpen.Pada umumnya permasalahan yang dikisahkan pada cerpen tidak terlalu rumit. Maka dari itu jumlah kata pada cerpen juga dibatasi. Biasanya cerpen terdiri dari berbagai kisah seperti genre percintaan, kasih sayang, jenaka, dan lain-lain. Pada cerpen juga mengandung pesan dan amanat untuk para pembaca.

1. Abstrak 

Merupakan sebuah pemaparan awal dari cerita yang akan disampaikan. Abstrak merupakan pelengkap dari sebuah cerpen. Oleh karena itu, abstrak bisa jadi tidak ada dalam suatu cerpen.Tentang seorang ayah yg menceritakan seorang ibu kepada anaknya. dan keesokan harinya ia melihat seorang perempuan yg sangat mirip dan persis yg di ceritakan oleh ayahnya. namun lama kelamaan perempuan itu hilang, si ning bingung untuk mencarinya namun ia hanya melihat dua ekor kupu kupu yg cantik yg selalu menemani perempuan itu


2.Orientasi 

Menjelaskan tentang latar baik waktu, tempat maupun suasana yang ada di dalam sebuah cerpen.Orientasi merupakan bagian pendahuluan dalam sebuah cerita dan berisi pengenalan sifat tokoh, tempat peristiwa dalam cerita, maupun pengenalan suasana dan alur cerita

Latar : Latar tempat Taman dekat sekolah dan di rumah

Latar suasana Sedih

Latar waktu Senja hari


3. Komplikasi

Struktur dimana terdapat pemaparan awal sebuah masalah yang dihadapi oleh tokoh. Biasanya, watak dari tokoh yang diceritakan di cerpen akan dijelaskan pada bagian ini.


4. Evaluasi 

Masalah yang dipaparkan akan semakin memuncak. Puncak dari masalah tersebut ditulis dalam bagian evaluasi.dalan cerpen kupu-kupu di pusara ibu karya fanny j poyk menceritakan masalah pada perempuan mengubah dirinya menjadi seekor kupu-kupu demi bisa menemani ning

5. Resolusi

Merupakan akhir dari permasalahan yang ada di dalam cerpen. Solusi dari permasalahan yang dialami oleh tokoh tersebut akan dijelaskan.A ning bertemu dengan seorang perempuan ditaman sehingga dia mejdai dekat dengan perempuan tersebut tapi perempuan tersebut telah melarangnya untuk bertemu dengannya lagi.karena jika ning bertemu dengannya lagi ada kemungkinan ning akan dijauhi teman-temannya karena orang percaya perempuan itu memiliki ilmu hitam

6. Koda

Pesan moral yang ada dalam sebuah cerpen yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca.Berprasangka buruk itu tidak baik, seorang anak harus menyayangi orang tuanya, hormatilah

 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar